SRI UTAMI  UHAMKA   22.2  

KEPADAMU YA...ALLAH AKU BERSIMPUH

Picture
Mekah , April 2007
Ya Allah jika aku jatuh cinta,

cintakan aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-MU

agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-MU

Ya MUHAIMIN,jika aku jatuh cinta,

jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku padaMU.

YA aLLAH,jka aku jatuh hati,

izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut padaMU

agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.

YA RABBANA jika aku jatuh hati,

jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hatiMU.

YA RABBUL IZZATI,jka aku rindu

rindukanlah aku pda seseorang yang merindui syahid di jalan-MU.

YA ALLAH,jika aku rindu

jagalah rinduku padanya agar aku tidak lalai aku merindukan surga-MU.

YA ALLAH jika aku menikmati cinta kekasihMU

janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmaatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhir-MU.

YA ALLAH ,jika KAU halalkan aku merindui kekasih-MU,

jangan biarkan aku melampaui batas

sehingga maelupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-MU.

YA ALLAH ENGKAU mengetahui bahwa hati-hati ini telah terhimpun dalm cinta pada-MU.

Telah berjumpa pada taat padaMU,

Telah bersatu dalam dakwah pada-MU.

Telah terpadu dalam membela syariatMU.

Kukuhkanlah YA ALLAH ikatannya,

Kekalkanlah cintanya,

Tunjukilah jalan-jalannya.

Penuhilah hati-hati ini dengan NUR-MU yang tiada pernah pudar.Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-MU Dan keindahan bertawakal di-jalan-Mu

sesungguhnya, aku terlalu mencintainya . . . .

  


Taksonomi Bloom Pembelajaran Domain

Picture
Tiga Jenis Belajar

Ada lebih dari satu jenis belajar. Sebuah komite dari perguruan tinggi, yang dipimpin oleh Benjamin Bloom (1956), mengidentifikasi tiga domain kegiatan pendidikan:

    * Kognitif: kemampuan mental (Pengetahuan)
    * Afektif: pertumbuhan dalam perasaan atau daerah emosional (Sikap)
    * Psikomotor: manual atau keterampilan fisik (Keterampilan)

Karena pekerjaan itu dihasilkan oleh pendidikan tinggi, kata-kata cenderung sedikit lebih besar dari biasanya kita gunakan. Domain dapat dianggap sebagai kategori. Pelatih sering mengacu pada tiga kategori sebagai KSA (Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap). Ini taksonomi perilaku pembelajaran dapat dianggap sebagai tersebut adalah "tujuan dari proses belajar.", Setelah episode belajar, pelajar harus telah memperoleh keterampilan baru, pengetahuan, dan / atau sikap.

Komite juga menghasilkan kompilasi rumit untuk domain kognitif dan afektif, tetapi tidak untuk domain psikomotor. Penjelasan mereka untuk pengawasan ini adalah bahwa mereka memiliki sedikit pengalaman dalam mengajar keterampilan manual di tingkat perguruan tinggi (saya rasa mereka tidak pernah berpikir untuk memeriksa dengan olahraga atau departemen drama).

Kompilasi ini membagi tiga domain ke dalam subdivisi, mulai dari perilaku sederhana sampai yang paling kompleks. Pembagian diuraikan tidak mutlak dan ada sistem lain atau hirarki yang telah dirancang di dunia pendidikan dan pelatihan. Namun, taksonomi Bloom mudah dipahami dan mungkin yang paling banyak digunakan orang yang digunakan saat ini.
Domain Kognitif
pelajar berpikir - domain kognitif

Domain kognitif (Bloom, 1956) melibatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan intelektual. Ini termasuk mengingat atau pengakuan dari fakta-fakta yang spesifik, pola prosedural, dan konsep yang melayani dalam pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Ada enam kategori utama, yang terdaftar dalam urutan bawah, mulai dari perilaku sederhana sampai yang paling kompleks. Kategori-kategori dapat dianggap sebagai derajat kesulitan. Yaitu, yang pertama harus dikuasai sebelum yang berikutnya dapat terjadi.
http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/bloom.html



Anak berbakat  

Saat ini kelas untuk anak berbakat (gifted child) atau biasa disebut kelas akselerasi banyak sekali diadakan di sekolah-sekolah favorit. Tapi sebenarnya, seperti apa anak berbakat itu? Dan bagaimana memberi pendidikan yang tepat untuknya?

Anggapan yang ada sampai sekarang adalah, bakat yang dimiliki anak sudah ada sejak lahir. Lalu bagaimana dengan orang tua yang merasa anaknya kurang atau tidak berbakat. Gifted child, menurut Joseph Renzulli mencakup tiga hal, yaitu IQ, kreativitas dan task commitment.

Disarikan dari berbagai sumber, IQ atau Intelligence Quotient alias tingkat kecerdasan standar yang ditetapkan untuk anak berbakat oleh Dinas Pendidikan Nasional tahun 2003 adalah 140. Kalau hasil tes menunjukkan IQ anak mencapai 140 ke atas maka anak itu otomatis disebut anak berbakat.

Tetapi kemudian muncul pembagian tertentu untuk anak berbakat dilihat dari IQ-nya. Keberbakatan ringan (IQ 115 - 129), keberbakatan sedang (IQ 130 - 144), keberbakatan tinggi (IQ 145 ke atas).

Sekolah menetapkan peraturan sendiri dalam menjaring anak berbakat. Ada kelas yang hanya menerima anak dengan IQ 140 ke atas. Tetapi ada juga yang menerima anak dengan keberbakatan ringan dengan mempertimbangkan hasil tes kreativitas, tes task commitment dan hasil wawancara.

Sementara itu, kreativitas bisa diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru atau kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru dari yang sudah ada.

Sifat pribadi kreatif yang lain adalah terbuka pada hal-hal baru, punya rasa ingin tahu yang besar, ulet, mandiri, berani mengambil resiko, berani tampil beda, percaya diri dan humoris.

Humoris? Orang yang humoris punya banyak pemikiran kreatif, beda dari yang lain dan simpanan kosa kata yang banyak. Hebatnya, dia bisa memunculkan ketiga hal itu hanya dalam hitungan detik setelah ia melihat atau mendengar sesuatu.

Proses untuk menjadi kreatif meliputi persiapan atau perencanaan, verifikasi atau pembuktian, dan implementasi atau penerapan. Ada juga hal-hal lain yang berfungsi sebagai pencetus kreativitas sekaligus sebagai penghambat. Antara lain bakat, lingkungan, dan kebudayaan masing-masing.

Sedangkan task commitment adalah sejauh mana tanggung jawab seorang anak dalam meyelesaikan tugas. Tidak hanya tugas dari sekolah tapi juga tugas di rumah dan di sekitarnya. Task commitment dapat diukur melalui tes tertentu yang hanya boleh dilakukan oleh psikolog. Task commitment ini mencakup tanggung jawab, motivasi, keuletan, kepercayaan diri, memiliki tujuan yang jelas sebelum melakukan sesuatu dan kemandirian.

Anak yang memiliki task commitment yang tinggi tidak memerlukan dorongan dari luar untuk menyelesaikan tugasnya. Dan yang tidak kalah penting, tidak suka menunda-nunda

Jadi bagaimana dengan anak Anda? mungkin IQ yang dimiliki tidak sampai 140, dan karena makin dewasa seseorang IQ-nya cenderung konstan.

Biarlah IQ anak tetap segitu, masih ada dua faktor lain yang bisa mendukung keberbakatannya, yaitu kreativitas dan task commitment yang dimiliki. Dua hal ini bisa dilatih. Mulailah dari hal sepele seperti melarangnya melempar tugas yang diberikan guru pada orang lain. Contoh lain, jika selama ini anak Anda sering menunda menyelesaikan tugasnya, mulai sekarang jangan ditunda lagi. Itu menunjukkan ia memiliki task commitment yang tinggi.

Menjadi anak yang pandai bukan sekedar soal masuk kelas akselerasi, lulus lebih cepat dari anak yang lain atau dibilang berbakat. Hal-hal yang kelihatannya sepele, sebenarnya bisa mengubah anak secara keseluruhan.


Picture
Pentingnya  pengembangan kreativitas


Kreativitas merupakan aspek yang sangat penting dan berharga dalam setiap usaha manusia, sebab melalui kreativitas akan dapat ditemukan dan dihasilkan berbagai teori, pendekatan, dan cara baru yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Tanpa adanya kreativitas, kehidupan akan lebih merupakan suatu yang bersifat pengulangan terhadap pola-pola yang sama (Sternberg, 1992;. Menurut Juan Huarte (dalam Wahab, 2006) kreativitas merupakan jenis kecendikiaan tertinggi pada umat manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain.

Kreativitas dapat dipahami dengan pendekatan process, product, person, dan press (Rhodes, 1961). Namun pengukuran yang banyak dilakukan para ahli hanya dilakukan pada ketiga aspek saja yaitu aspek process, product dan person (Eysenk, 1993; Simonton, 2003; Michael, 2001; Salsedo, 2006) sedangkan aspek press diartikan sebagai usaha untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pada pengembangan kreativitas anak (Vidal, 2005), baik di lingkungan masyarakat (Chuang, 2007), lingkungan keluarga (Chan, 2005), maupun lingkungan sekolah (King, 2007). Sekolah merupakan aspek yang sangat strategis dalam mengembangkan kreativitas siswa (Munandar, 1999).



Pengembangan kreativitas biasa dilakukan dengan dua cara yaitu 1) memberikan pelatihan yang berhubungan dengan kreativitas kemudian mengukur secara langsung perubahan yang terjadi akibat perlakuan tersebut seperti dilakukan oleh Gendrof (1996), 2) memadukan suatu perlakuan dalam pelajaran tertentu kemudian mengukur tingkat kreativitasnya sebagai dampak pengiring (nurturant effect) dari suatu proses pembelajaran, cara ini telah dilakukan oleh banyak peneliti antara lain Teo & Tan, (2005).



Kenyataan yang ada pada saat ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia lebih berorientasi pada hasil yang bersifat pengulangan, penghapalan, dan pencarian satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Proses-proses pemikiran tingkat tinggi termasuk berpikir kreatif jarang sekali dilatihkan (Joni, 1992). Demikian juga dengan kemampuan menulis siswa. Hasil temuan Wati (2005) menyatakan bahwa tingkat kemampuan menulis siswa berada pada kategori rendah, salah satu faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah proses pembelajaran di kelas yang kurang variatif.

Saat ini kebutuhan akan pengembangan kreativitas dirasakan sudah sangat mendesak karena kreativitas sangat penting baik untuk pribadi maupun sosial. Sehubungan dengan itu peranan orangtua, guru, dan masyarakat sangat menentukan bagi keberhasilan pembinaan dan pengembangan kreativitas siswa, karena kreativitas merupakan suatu potensi yang akan berkembang bila siswa berada dalam lingkungan yang kondusif (Sternberg & Lubart, 1995).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan kreativitas menjadi suatu keniscayaan untuk segera dilakukan dan pada konteks inilah pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pengembangan kreativitas siswa. Tujuan pendidikan menurut Munandar (1999) adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat sekitarnya, karena itu pendidikan bertanggung jawab untuk memandu dan mengembangkan potensi kreatif yang dimiliki siswa.

 DARI DUNIA PENDIDIKAN KITA

Picture


Konsep dan Dasar Pendidikan Seumur Hidup

Konsep pendidikan seumur hidup, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar pendidikan dari zaman kezaman. Apalagi bagi umat islam, jauh sebelum orang-orang barat mengangkatnya, Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup, sebagai mana dinyatakan oleh hadits Nabi SAW yang berbunyi

ا
طلب العلم من المهد الى اللحد

Artinya: tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia.

    Azas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu azas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinue, yang bemula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal, non formal maupun formal baik yang berlansung dalam keluarga, disekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat.

Untuk indonesia sendiri, konsepsi pendidikan seumur hidup baru mulai dimasyarakat melalui kebijakan Negara ( Tap MPR No. IV / MPR / 1970. Tap No. IV/ MPR / 1978 Tentang GBHN ) yang menetapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional, antara lain :

  1. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang )
  2. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam keluarga (rumah tangga ), sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. (BAB IV GBHN bagian pendidikan )
Didalam UU Nomor 20 tahun 2003, penegasan tentang pendidikan seumur hidup, dikemukakan dalam pasal 13 ayat (1) yang berbunyi: "Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya". Jadi dapat pula dikatakan bahwa pendidikan dapat diperoleh dengan 2 jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan diluar sekolah. Jalur pendidikan sekolah meliputi pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dan jenis pendidikan ini mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.

Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah meliputi pendidikan nonformal dan informal. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembalikan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta mengembangkan sikap keprobadian hidup. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan peserta didik.